Friday, September 24, 2004

Jangan Kalah Sama Bleki!

Sebut saja si X, WNI.

Di harus pergi ke Singapore untuk urusan kerja. Bisakah dia antri, nggak ngeludah & buang puntung sembarangan, dan mematuhi aturan2 Singapore yang seabrek itu?

Tiga hari di Singapore, musti balik ke Indonesia. Bisakah dia antri, nggak ngeludah & buang puntung sembarangan?

Belum tentu. Padahal itu orang yang sama lho... Si X. Kenapa? Karena nggak ada aturan di Indonesia? Karena nggak ada hukuman? Jadi Si X ini orang yang belum cukup dewasa sehingga harus dihukum2 supaya ngerti bahwa seharusnya gini seharusnya gitu?

Maaf, kasar. Tapi jadi inget dulu pernah punya anak anjing (sebut saja Bleki), yang harus dilatih, dipukul, dibentak, supaya lama2 tau bahwa tempat pup adalah tempat berpasir dekat pintu dapur.

Apa bedanya?

Si X itu juga, yang setiap ada kesempatan, selalu ngoceh tentang nggak becusnya pemerintah kita ngatur kehidupan masyarakat, soal korupsi, inefisiensi pemerintahan. Pokoknya, siapapun yang mimpin, nggak ada yang bener.

Andaikata..... di Indonesia setiap hari ada 10 orang yang sadar, bahwa ada hal2 yang within our control, manageable, reachable buat kita atur sendiri, yaitu perilaku kita dalam bermasyarakat......

Andaikata..... di Indonesia setiap hari ada 10 orang yang sadar, bahwa ngoceh, mengomentari, menyayangkan ini-itu, mengecam tindakan dan kebijakan pemerintah tidak cukup untuk mengubah bangsa ini.....

Mungkin semuanya akan jadi lebih mudah.

Pemerintah fokus ke masalah2 besar dan strategis, sementara common culture seperti di atas, bisa dibereskan dan disepakati di level masyarakat.

Bisakah kita berhenti mencerca, melihat ke diri sendiri, dan berusaha menemukan tindakan yang bisa kita lakukan untuk masalah sosial yang ada? Jangan liat kemana-mana! Ke diri sendiri saja. Be objective, dan temukan betapa banyak hal remeh, kecil, yang bisa kita lakukan.

Apabila kau kepala keluarga, setidaknya kau kemudian akan menjadi contoh bagi keluargamu. Apabila kau adalah kepala departemen, setidaknya kau akan menjadi contoh departemenmu. Apabila.... maka..... Apabila... maka..... Bisakah membayangkan snowball effectnya?

Common culture tadi, adalah akar dari mass value penting dalam masyarakat seperti tanggung jawab, punya rasa malu, patuh, jujur.

Now, biarkan waktu dan enforcement dari pemerintah membantu proses internalisasi mass value. Setahun, dua tahun, tiga tahun....

Masih bisa bermimpi kan? Bermimpilah, bahwa dengan model seperti itu, dalam waktu yang tidak terlalu lama, masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang makin dewasa, berbudaya, punya rasa malu, punya tanggung jawab, jujur, dan patuh aturan.

Teruskan mimpimu..... bermimpilah mengenai sebuah negara yang bisa mengatur, mengontrol, dan mendidik dirinya sendiri. Adakah korupsi, kebusukan politik, kemaksiatan, kebohongan publik akan punya tempat dalam negara seperti itu? Terlihatkah di mimpimu, betapa manisnya hidup di tempat seperti itu?

Sekarang, bangunlah dari mimpi indahmu, dan lakukan sesuatu!

Jangan kalah sama Bleki!



No comments: