Friday, November 11, 2011

Kisah Saputra, Loper Koran yang Jadi Juara di Markas Milan

Kisah Saputra, Loper Koran yang Jadi Juara di Markas Milan Irwan Nugroho - detiksport Share 42 detikSport/Irwan Nugroho Jakarta



Prestasi memang tidak memandang apakah seseorang berasal dari keluarga kaya atau miskin. Saputra (14), seorang remaja yang sehari-harinya menyambi sebagai loper koran, lolos seleksi tim Indonesian All Star. Bersama rekan-rekan satu tim, ia berhasil mempertahankan gelar juara Intesa Sanpaolo Cup 2011. Saputra dkk. menggondol piala Intesa Sanpaolo Cup 2011 yang digelar oleh klub termasyur di Italia, AC Milan. Intesa Sanpaolo Cup sendiri merupakan turnamen tahunan yang menyedot perhatian di Milan Junior Camp Day.

Di final 5 November lalu, para remaja asuhan pelatih Bambang Waskito itu menundukkan tim gabungan Venezuela-Brasil dengan skor 2-0. Sementara dalam ujicoba dengan para pemain junior AC Milan Soccer Academy yang dihelat setelah kejuaraan selesai, tim Indonesian All Star juga menang 3-2. Tim Indonesian All Star merupakan tim pertama yang mengalahkan tim junior AC Milan yang dilatih dengan ketat. Saputra pun merasa bangga bisa mempersembahkan hasil tersebut. Stiker tim Indonesian All Star ini menceritakan, kekompakan tim menjadi faktor penentu kemenangan.

Selain kompak, timnya mempunyai semangat yang luar biasa sehingga mampu menggunguli 25 negara peserta turnamen sepak bola lainnya. "Tim Indonesia sangat kompak dan terus banyak sekali motivasi. Kalau mau pas di lapangan semangat semua," kata Saputra, yang ditemui di sela-sela pertemuan tim Indonesian All Star dengan Wakil Presiden Boediono di Kantor Wapres, Jakarta Selatan, Kamis (10/11/2011). Saputra adalah remaja kelahiran Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel), 6 November 1997. Ia berasal dari keluarga yang kurang mampu. Sejak kelas empat SD, Saputra sudah harus bekerja membantu orangtuanya yang beralamat di Jl Bendungan Lrg, Rawa Laut RT 03 RW 01 No 180/199, Palembang.

Untuk membantu perekonomian keluarga, remaja berambut cepak ini tak sungkan menjadi loper koran. Saban pagi, sebelum berangkat ke sekolah, ia menyetor koran ke lapak-lapak dan pelanggan. Setiap hari, uang Rp 15-20 ribu dikantonginya dari berjualan koran. Uang hasil jerih payahnya itu sebagian ia pergunakan untuk jajan dan sebagian lagi diberikan kepada ibunya yang cuma buruh cuci rumah tangga. "Dari kelas 4 SD sampai kelas 3 SMP. Tapi kelas 3 ini sekolah pagi, jadi cukup untuk langganan bulanan atau di tempat sekolah. Guru-guru kadang beli sama aku," ucap Saputra. Sebagaimana anak seusianya di Palembang, Saputra juga gemar olah raga sepakbola. Ia mulai menenekuni sepakbola sejak usia 5 tahun.

Beranjak sedikit dari umur belianya tersebut, ia masuk ke Sekolah Sepak Bola (SSB) Sportivitas di Palembang. Sayang, gara-gara tidak punya uang, Saputra tidak bisa meneruskan latihan di SSB tersebut. Pada prosesnya, kenang Saputra, ia memperoleh beasiswa sekolah sepak bola dari PT Pusri. Selama 3 tahun ini, ia giat berlatih di Pusri tiga kali seminggu. Namun, di tengah kesibukan untuk latihan rutin Saputra tetap melakukan pekerjaannya sebagai loper koran. Bahkan, dari aktivitasnya sebagai loper koran tersebut ia mengenal banyak pemain Sriwijaya FC dari dekat. "Aku kebetulan jualan koran juga di mess-nya. Jualan koran. Ya, masih sampai sekarang. Biasa kamar Arif Suyono, Supardi Nasir, Firman utina. Jualan koran pagi, tapi kadang nunggu pemain selesai bangun tidur itu lama. Jadi, ya, sudah kumasukin di bawah pintu, siang baru ambil uangnya," tutur Saputra. Ke Italia Saputra tentu ingin meraih meraih prestasi seperti para pemain favoritnya di Sriwijaya FC tersebut. Kesempatan itu pun akhirnya tiba.

Tanggal 29 Oktober 2011 lalu, ia mendengar ada penyaringan pemain untuk Indonesian All Star yang akan berlaga di Italia. Bersama temannya, Saputra pun mengikuti seleksi tersebut. Dengan bekal uang pinjaman Rp 2.000, ia berangkat ke lokasi seleksi di Palembang. Uang itu dibelikan pempek untuk sarapan. Saputra berhasil lolos masuk 250 besar di seleksi pertama. Dan, pada hari berikutnya, tanggal 29 Oktober ia terpilih dalam 60 besar untuk menjalani seleksi di Bali. "Seterusnya tanggal 29 hari Minggu nggak ada uang, sarapan mie saja sama teh. Udah pas itu saya bangga setelah sore-sore terpilih bisa seleksi 60 di bali. Orangtuaku bangga sekali," ucap Saputra. Karena berteman akrab dengan pemain Sriwijaya FC, Saputra pun menelepon Supardi untuk mengabarkan keberhasilannya menembus 60 besar. "Pas mau ke Bali itu aku telepon Bang Supardi. 'Bang aku lolos. Ada nggak saran buat aku biar nggak cepet puas.' Dari situ aku ada rasa bangga sama dia," kata Saputra.

 Di Bali, Saputra kian memuluskan langkah ke Jakarta. Dalam seleksi di Jakarta, ia berhasil masuk ke 18 besar tim yang diberangkatkan ke Italia atas dukungan PT Pertamina (Persero). Menurut Saputra, resepnya untuk berhasil adalah tidak pernah menyerah atau pasrah kepada keadaan. "Pokoknya jangan nyerah deh. Ekonomi itu bukan segalanya hal untuk meraih mimpi atau prestasi. Berani untuk bermimpi dan jangan pernah takut. Semua itu pasti ada jalan," kata Saputra bijak. Mengenai rencana masa depan, Saputra mengaku ingin menjadi pemain sepakbola nasional yang handal. Sedangkan dalam waktu dekat ini, ia akan kembali ke Palembang untuk bersekolah dan berlatih lagi di Pusri. Tetap jualan koran? "Masih-lah. Dari mana aku bisa jajan sekolah sama buat kasih orang tua?" katanya sambil tersenyum.

Tuesday, October 11, 2011

Winner Change the World

This I believe: All things have to be created twice. First is in your thought. Second is in reality. First-level creation is easy, just use your brain and experience. Second-level creation is much more difficult. It requires your brain, energy, maturity, persistence, brave, and consistency.

Those who good at first level creation are loosers. They talk a lot, aloud, but they did not change the reality. They does not change the world. Those who convert their thoughts into reality are winner. They face obstacles, getting others' commitment, and make a better world.

Winner does not blame the situation, nor people, nor limitations. Winner look for narrow and difficult obstacles and name it an opportunity. They persistently put their thought into reality. They patiently understand the limitation and try to identify the work-around. They look for similarity among different perspectives and utilize it smartly.

Winner change the world. Point.

Sunday, October 09, 2011

How will you be remembered? (bye Steve...)

Pada akhirnya, mungkin itu pertanyaan akhir manusia, yang akan menentukan bagaimana dia akan membentuk hidupnya.

Semakin menua, entah kenapa, pertanyaan itu semakin sering muncul dan semakin menuntut jawaban yang jelas dan tegas: How you will be remembered?

Apapun jawabannya, akan menuntut dedikasi, persistensi, komitmen, bahkan keseluruhan hidup seseorang. Begitu jawab yang jelas dan tegas diperoleh, bisa saja seseorang jadi harus merubah keseluruhan cara pandangnya terhadap hidup, terhadap apa yang ingin dilakukannya, apa yang ingin diraihnya, apa yang akan menyita sebagian besar waktu dalam hidupnya.

Rasanya semua orang pernah memikirkan pertanyaan itu, tapi tidak banyak yang bisa menjawabnya dengan jelas dan tegas. Kalaupun dia memiliki jawaban, jawabannya tidak cukup jelas dan tegas untuk dapat mendorong keseluruhan energi dan talenta hidupnya untuk mewujudkannya.

'Harga tebus' dari jawaban yang jelas dan tegas sangat mahal. Jawaban itu akan menjadi sangat menuntut. Dia akan membangunkanmu dari tidurmu, mengetuk pikiranmu setiap saat, meminta untuk dipuaskan.

Orang yang menemukan jawaban akan menjalani hidup yang sehidup-hidupnya hidup. Live life a the fullest. Sebaliknya, orang yang tidak menemukan jawaban cenderung akan hidup di main stream kebanyakan orang. Mencoba satu demi satu jawaban yang dia peroleh dari orang lain. Dan saat orang itu mencapai sesuatu, dia tidak akan bahagia. Dan kemudian dia akan mencari jawaban lain, dari orang lain, dan seterusnya, sampai Tuhan memanggilnya kembali.

Celakanya, kita hidup dalam dunia dogma, itulah mengapa tercipta main stream. Jawaban pertanyaan itu dikelompokkan menjadi jawaban yang benar dan jawaban yang salah. Jawaban yang normal, dan jawaban yang abnormal. Dogma itu terbentuk turun-temurun, dari generasi ke generasi.

Masing-masing budaya memiliki tingkat toleransi yang berbeda-beda dalam memahami dan mentoleransi ragam jawaban. Karenanya, bisa diamati, bahwa ada budaya yang lebih toleran terhadap keberagaman jawaban, dan ada budaya yang lebih kaku menerimanya.

Membayangkan dunia yang lebih toleran terhadap jawaban dari pertanyaan itu, adalah membayangkan dunia yang lebih 'membiarkan' perbedaan cara pandang. Dunia yang kemungkinan besar akan lebih nyaman untuk ditinggali, karena orang diijinkan untuk menjadi seperti yang dia inginkan. Manusia yang dapat menjadi seperti yang dia inginkan, akan menjadi manusia yang maksimal, sedakat mungkin kemaksimalan yang Tuhan berikan kepadanya melalui talenta, karakter, kelebihan, dan ketidaksempurnaannya.




Your time is limited, so don't waste it living someone else's life. Don't be trapped by dogma — which is living with the results of other people's thinking. Don't let the noise of others' opinions drown out your own inner voice. And most important, have the courage to follow your heart and intuition. They somehow already know what you truly want to become. Everything else is secondary.

Monday, October 03, 2011

Arya Putra Mahendra, 26 Agustus 2011

Anakku Arya,

Dalam Bahasa Sansekerta, “Arya” berarti budi pekerti yang luhur, mencintai dan menjalani perintah Tuhan, serta selalu berpihak pada kebenaran. Kami memberimu nama Arya, agar sepanjang hidupmu, engkau selalu menjaga budi pekertimu, cinta dan patuh pada Tuhan, serta berpihak pada kebenaran.

Mengucap syukurlah pada Tuhan, anakku, karena sampai hari ini, Tuhan memberikan orang tua yang mencintaimu, kakak dan adik yang merindukanmu, saudara-saudara yang memperhatikanmu, dan teman-teman yang menyenangkan hatimu.

Sepuluh tahun sudah, Tuhan menyertaimu, memberimu hidup yang memberimu begitu banyak pengalaman. Bapak dan Ibu berharap dan memohon kepada Tuhan, agar kau dapat terus diberkati Tuhan, menjadi anak yang terus tumbuh menjadi anak yang mencintai Tuhan, mencintai kehidupan, dan mencintai keluarga.

Selamat ulang tahun ke-10 anakku, kiranya berkat dan perlindungan Tuhan melingkupimu senantiasa.

Dengan cinta,
Bapak & Ibu

Nindita Putri Padmana

Nindita Putri Padmana, hari ini usiamu 8 tahun. Selamat ulang tahun ya Nak... Berkat Tuhan kiranya selalu melingkupimu, dalam masa-masa tumbuh-kembangmu. Bapak dan Ibu memanjatkan puji syukur kepada Tuhan, karena begitu besar penyertaanNya dalam hidupmu dan hidup kita sekeluarga. Bapak dan Ibu memohon kepada Tuhan, agar Dia memberikan lebih banyak kesempatan kepada kita untuk bersama-sama menjalani hidup. Bapak dan Ibu, dengan penuh kerendahan hati, meminta kepada Tuhan, agar kami diberi kesehatan, kesabaran, serta berkat untuk dapat membimbingmu sampai saatnya nanti.

Nindita, namamu kami ambil dari bahasa Sansekerta. Nindita itu berarti tak bercela, utama, mulia. Padmana, atau padma, dalam bahasa Sansekerta adalah bunga teratai. Bunga cantik yang tumbuh di air, yang karena kecantikannya banyak ditanam di taman yang indah.

Dalam namamu, terkandung harapan Bapak dan Ibu, agar kau jadi anak yang mulia dan cantik, baik dalam pikiran, tutur kata, maupun perbuatan. Dalam namamu, terkandung harapan Bapak dan Ibu agar dalam hidupmu, engkau mengutamakan kemuliaan dan mengupayakan kesempurnaan.

Dalam hidupmu, upayakanlah dengan sepenuh upayamu untuk menerapkan hal-hal baik yang terkandung dalam namamu, ya Nak... Lakukan itu sebagai ungkapan syukur pada Tuhan, yang telah menganugerahkan hidup kepadamu.

Selamat ulang Tahun Nak, Bapak dan Ibu selalu mengasihimu.

Bandung, 01 Oktober 2011

Saturday, November 13, 2010

Some Naughty Pics from Europe

Most were shots using Canon Canon EF 70-200mm f/4 L IS USM. And all were candid for sure.... ;)









Saturday, September 25, 2010

Namanya Arya


Ceritanya nyusul, entah kapan... :-)

Time Flies!

Belakangan merasa bahwa waktu bukan hanya berjalan dengan cepat, tapi terbang! Jadi ingat sebuah kartun berjudul "Missing Piece", menggambarkan Mr. Big O yang merasa tidak sempurna dan berupaya mencari kesempurnaan. 'Kesempurnaan' itu ditemukan, tapi kemudian Mr. Big O merasa kehilangan hal-hal penting dalam hidupnya. 




Di akhir cerita, Mr. Big O meninggalkan 'kesempurnaan' yang diperolehnya dengan susah payah itu, dan berkesimpulan bahwa dia sempurna dalam ketidaksempurnaannya.     


Bila merasa bahwa waktu berlalu begitu cepat, ada baiknya untuk STOP & THINK. Keluarkan alat navigasi, dan cek lagi, apakah kita menuju ke arah yang memang hendak kita tuju. Kalau ternyata tidak, buru-buru tetapkan arah yang sesuai dengan tujuan. Bila tidak, maka pada akhirnya akan sampai pada tujuan, tapi tidak merasa tujuannya tercapai. 

Friday, August 13, 2010

Moving Fast

Ndak terasa, udah pertengahan 2010. Time flies, they said....

Habis kena Demam Berdarah. Enam hari di RS. Sentosa, Bandung. Enam hari yang membosankan dan mengingatkanku tentang betapa pentingnya sehat. Betapa fundamentalnya kesehatan dalam arsitektur kehidupan manusia. 

Banyak perhatian, dukungan, dan bantuan. Untuk semuanya itu: terima kasih banyak. 

Masuk lagi ke dunia kerja. TMIS, HR Excellence Award, TIF, TPMS, blueprints, and many more. 

Dinikmati, dilewati satu demi satu, dengan persisten dan konsisten.