Friday, September 11, 2009

A Trip with TPR

Bulan Agustus kemarin dapat kesempatan langka pergi bareng Pak Teddy Rachmat ke Manado. Buat yang belum tau, Pak Theodore Permadi Rachmat (TPR) adalah mantan orang no. 1-nya Astra International. Bisa dibilang beliau ini yang membangun Astra dari tahun 70-an sampai 2000-an. Sekarang beliau sedang membangun business entity baru, Triputra Group (www.triputra-group.com). Belum sampai 10 tahun, selama 2 tahun terakhir pencapaian group baru-nya ini sudah cukup impresif: top 10 business entity di Indonesia (based on revenue) versi majalah Globe Asia.

Jalan bareng Pak Teddy, selalu insightful, mengingatkan dan menyadarkan, sekaligus mengandung kesempatan langka untuk memahami cara berpikir orang yang bisa membawa Astra International menjadi salah satu barometer penting korporasi di Indonesia, yang terus tumbuh dan bertahan dalam berbagai kurun jaman.

1. Arsitektur Bisnis itu Penting
Always begin with end in mind. Kalau mau mulai bisnis, harus punya blueprint dari bisnis itu mau seperti apa. Blueprint itu akan menjadi pengarah dalam perkembangan perusahaan, lebih-lebih lagi saat perusahaan sedang dalam situasi yang tidak mudah. Agar blueprint matang, saat pembuatannya, "Always ask the right question." Pertanyaan yang tepat akan membuat blueprint matang dan benar-benar bisa diacu sepanjang perjalanan perusahaan. Saat mengalami kesulitan mengambil keputusan, "Refer to that when deciding.", begitu kata Pak TPR.

2. Speed, Speed, Speed
Untuk bisa survive dan bertumbuh dalam berbisnis, kecepatan sangat penting. Situasi yang paling mengerikan adalah: no strategy, no decision. Perusahaan yang berada dalam situasi seperti itu akan menjadi perusahaan yang tidak efisien dan tidak akan survive dalam industrinya.

3. Jangan Pikir Efisiensi Dulu
Ini menarik: di awal berbisnis, jangan berpikir efisiensi dulu. Kata Pak TPR, "Jangan berpikir efisiensi dulu, bisnis tidak akan jadi kalau pupuknya 'diincrit-incrit'." Beliau sudah sampai pada posisi pemahaman, bahwa bisnis memang perlu capital, dan shareholder harus betul-betul memahami filosofi ini. Maka yang paling penting bagi shareholder, adalah bahwa para eksekutifnya memiliki dan meyakini business blueprint mereka. Apabila blueprint ada, dan dieksekusi dengan disiplin tinggi, maka ROI is only a matter of time.

4. Dominance: Bikin Kompetitor Sesak Napas
Ini mengenai momentum. Saat kita berada di atas angin, dibanding kompetitor, jangan berhenti. Hajar terus kompetitor hingga mereka sesak napas - tentu dengan cara yang etis dan terpuji, proses pengambilan keputusan yang cepat dan tepat dan tidak ragu-ragu. Pilihan dalam berbisnis, kata beliau, hanya 2: dominan atau tutup.

5. People: Character, Passion, Discipline
People, tetap jadi yang paling penting. Dan memilih orang harus memperhatikan ketiga hal di atas. Urutannya juga harus seperti itu, tidak boleh diubah-ubah. Karakter yang nomor satu, karena itu relatif given, sulit diubah, dan mewarnai pikiran, perasaan, serta tindakan seseorang. Passion yang nomor dua. Passion bicara soal inner driver. Orang yang punya passion, punya mimpi. Orang yang punya mimpi, akan terobsesi dengan mimpinya dan berusaha mewujudkannya. Jadi orang yang punya passion tidak perlu sering dikipas-kipas atau ditiup-tiup supaya 'menyala'. Yang ketiga, disiplin. Beliau bilang, bahwa sejak awal beliau kerja dulu, beliau tidak pernah datang lebih telat dari jam 8:15 WIB di kantor. Mewujudkan mimpi, tidak sekedar hanya perlu blueprint dan orang-orang yang pintar, tapi juga perlu disiplin. Kedisiplinan untuk menjalani rencana, kendala, dan tantangan yang terjadi sepanjang jalan. Kedisiplinan yang tinggi akan mendorong terjadinya proses eksekusi rencana dengan maksimal.

6. Jangan Batasi Diri
Beliau sampaikan begitu, "Kapan saya sebagai shareholder menanyakan profit pada kalian? Kalian beruntung, karena tidak banyak shareholder yang seperti itu. Makanya, jangan membatasi diri!" Maksud beliau, kesempatan untuk menjadi dominan selalu beliau berikan kepada seluruh leader dalam entity-nya. "Maka the only things that makes a big difference is: are you making a limit for yourself?" Beliau menambahkan, tidak membatasi diri, tidak membatasi mimpi mengandung resiko. Orang yang berani mendobrak batas diri harus 'willing to bid a price'. Bermimpi besar, pengorbanannya besar. Mindset itu penting, agar mimpi besar dapat jadi kenyataan.

7. Jangan Karenanya 'How'-nya Sulit, What-nya Tidak Tercapai
Kadang orang terbentur pada 'how', dan kemudian 'what'-nya tidak tercapai. Orang hidup harus jelas what dan how-nya. What-nya adalah hal-hal yang menurut kita penting dalam hidup. How adalah bagaimana what tersebut dicapai. Keyakinan terhadap what harus kuat dan melandasi hidup, sehingga bila kadang how-nya sulit, orang tidak menyerah begitu saja. Dalam bisnis, sering terjadi kendala yang sifatnya teknis, dan kadang kendala tersebut membuat organisasi menyerah dan tidak mencapai tujuan-tujuan pentingnya. Itu tidak akan terjadi, apabila organisasi memiliki keyakinan terhadap kebenaran dan pentingnya 'What'-nya, serta memiliki passion dan disiplin yang cukup. How seharusnya tidak menghalangi pencapaian What - itu intinya.