Pada akhirnya, true quality dari seorang leader akan tercermin justru pada saat dia meninggalkan organisasi. Apabila tim yang ditinggalkan tetap bagus dan hebat, maka mungkin leader itu sudah mengerjakan PR tersulitnya dengan baik.
Sebaliknya, bila sepeninggalan sang leader, tim kemudian berantakan, best practices yang sudah ada hilang entah kemana, pencapaian tim merosot, maka bisa jadi, leader itu gagal dalam menyelesaikan PR-nya.
Maka yang terbaik adalah memanfaatkan teori situational leadership dengan sebaik-baiknya. Bergeser secara cerdas dari kutub direktif ke kutub fasilitatif, sehingga tim punya kesempatan untuk berbuat salah, mengambil resiko yang terukur, dan mendorong tim untuk menabrak keterbatasan kemampuan mereka.
No comments:
Post a Comment