Ceritanya gini, kemarin harus bertemu dengan salah satu petinggi salah satu kota di Jabar. Minta doa restu dan dukungan proses pembuatan sentra distribusi baru.
Berkali2 di reschedule, karena kesibukan beliau - it's OK, sepenuhnya memahami kepentingan dan kesibukan beliau.
Akhirnya bisa ketemu. It tooks only 5-7 menit, tapi apa yang aku lihat benar2 bikin prihatin. Mungkin kalo para founder of this nation membayangkan yang ginian, mereka akan memilih untuk tidak buru-buru memerdekakan bangsa ini, dan memilih untuk lebih dulu membereskan moral dan cara pikir bangsa. Membiarkan bangsa lain yang lebih matang dan beradab mengajar dan melatih moral dan cara pikir bangsa - seperti yang dilakukan Inggris terhadap Hongkong - misalnya.
Pragmatis? Tidak nasionalis? Biarin aja, karena rasanya merdeka itu bisa jadi tidak menjadi syarat penting bangsa, pada saat bangsa itu belum memiliki moral dan cara pikir yang mendukung tercapainya tujuan kemerdekaan itu sendiri. Jauh lebih baik, daripada merdeka tapi kemudian berputar2 dalam lingkaran setan masalah yang disebabkan moral dan cara pikir.
I might be oversimplify, I might be exaggerating things.
Bagaimana seorang petinggi daerah, tanpa tedeng aling-aling, tanpa moral, mengijinkan dirinya untuk 'dibeli' oleh kekuatan ekonomi dan kepentingan bisnis. Ndak tau, ada berapa persen petinggi daerah yang seperti ini. Kalaupun cuma satu, sudah cukup untuk mengganggu arah pencapaian tujuan bangsa.
Motifnya adalah 'pengekalan kekuasaan'. Supaya kekuasaan beliau bisa 'kekal', beliau harus selalu memastikan bahwa orang2 kunci di sekelilingnya very happy. Untuk memastikan agar orang2 kunci di sekelilingnya very happy, beliau harus memberikan lebih dari apa yang sudah mereka terima dari negara. Begitu terus, dari atas sampai ke bawah.
Andai waktu bisa ditarik mundur,
Andai aku bisa ketemu Bung Karno dan Bung Hatta (sebelum bangsa ini merdeka),
Aku mau bilang ke mereka gini,
"Bung, dari apa yang saya liat di masa depan
setelah bangsa ini merdeka,
lebih baik Bung buka tender untuk beberapa negara besar,
yang memenuhi syarat untuk menjadi penjajah
yang mampu mengembangkan moral dan cara pikir bangsa yang dijajahnya.
Bung berikan 'lah kepada pemenangnya konsesi untuk menjajah,
Bung berikan dulu 'lah kesempatan kepada pemenangnya, untuk membenahi moral dan cara pikir bangsa ini....
Nah, nanti kalo Bung liat bangsa ini sudah lebih bermoral dan dewasa cara pikirnya,
Bung cabut deh konsesinya..... dan Bung merdekakan bangsa ini.
Saya yakin Bung, hasilnya akan jauh lebih baik
daripada yang saya lihat dari masa depan.
Karena ternyata, moral dan cara pikir sebuah negara -
itulah yang menentukan kemuliaannya.
1 comment:
Agree!
Post a Comment